Tukang bajaj pertama menawarkan harga 80 ribu untuk sekali jalan, padahal kalau saya memesan mobil online hanya 30 ribu. Maka dari itu, saya memutuskan untuk tidak menerima tawaran tersebut. Dari batalnya bajaj pertama saya sedikit kecewa karena sudah menunggu lama tidak langsung dapat bajaj yang cocok.
Ditengah kekecewaan itu, ada bajaj kedua yang akan melintas dengan cepat saya bergegas untuk memberhentikannya dengan cara melambaikan tangan. Bajaj kedua ini menawarkan harga 40 ribu dan saya tawar dengan harga 30 ribu. Harganya belum cocok, Abang bajajnya menolak dan saya ajukan lagi harga baru yaitu 35 ribu. Abang bajajnya langsung menerima dengan isyarat membukakan pintu belakang.
Tampilan Terkadang Menipu
Perjalanan malam ini di mulai dengan menggunakan bajaj sebagai alat transportasi menuju rumah. Sepanjang jalan terlihat germelapnya kota Jakarta yang sangat menipu. Sambil mengobrol dengan tukang bajajnya yang memang komunikatif sekali. Obrolan kami masih sebatas hal dunia yang sebenarnya hanya omong kosong belaka. Kehidupan dunia harusnya hanya sekedar saja karena tempat yang tidak kekal dan kurang pantas untuk diperjuangkan. Tapi banyak orang tertipu dengan keindahan semu sehingga lupa mengingat Allah sebagai Pencipta seluruh makhluk.Bagian Penting Artikel Ini
Saat sedang asyik mengobrol, tiba-tiba bajaj berhenti di salah satu jalan dekat dengan lapangan banteng dan Monas. Meninggalkan bajajnya dan turun menghampiri seseorang lelaki yang telah berumur dan memberikan sesuatu. Saya melihat dari kejauhan, tukang bajaj itu menemui seseorang yang sudah tua rentah saat sedang tertidur.Pria paruh baya itu sedang tidur di depan kios yang saat malam hari sudah tutup. Hanya beralaskan selembar kardus yang tidak empuk. Tanpa selimut tebal untuk menahan dinginnya angin malam Ibukota yang kejam ini. Saat tukang bajajnya membangunkan orang tua itu, terlihat tubuh kaget yang bergegas untuk bangun. Kagetnya itu seperti ketakutan, jangan sampai yang membangunkannya itu Satpol PP. Saya baru sadar kalau pria paruh baya itu tuna netra.
Setelah obrolan singkat keduanya, tukang bajaj kembali untuk melanjutkan perjalanan. Seketika itu saya termenung melihat kejadian ini, saya baru sadar saat mendengar suara tukang bajaj itu minta maaf. Perjalanan pun berlanjut, lalu tukang bajaj menjelaskan kalau pria tuna netra itu hidup sebatang kara di Jakarta.
Saya sadar, setiap orang harus memiliki amalan baik secara terang-terangan ataupun yang tersembunyi. Karena kita tidak mengetahui melalui amalan apa kita bisa selamat dan masuk ke surga yang kekal dan abadi kelak. Modal kita hidup di dunia ini adalah waktu, jika telah habis waktunya maka kita tidak akan bisa beramal lagi. Jadi berhati-hatilah dalam menggunakan setiap waktu, semoga kita semua tetap mengingat Allah dalam kondisi apapun dan di manapun.