Suatu hari ada dua orang pengembala. Satu orang pengembala kuda itu adalah jelmaan malaikat yang ditugaskan oleh Allah SWT dan yang satunya lagi adalah pengembala sapi. Sapi yang digembala sedang hamil dan hampir melahirkan. Jarak Dua pengembala itu tidaklah jauh. Sama-sama berada di area yang sama.
Sapi ketika siang hari melahirkan, dan munculah anak sapi baru. Kuda pun tak lama melahirkan ditempat yang tidak jauh. Namun ironisnya anak kuda tersebut mati dikarenakan terpeleset dan masuk kedalam jurang. Sehingga tidak ada bukti bahwa anak si kuda telah mati.
Dalam kisah ini Allah SWT berkehendak ingin menguji hambanya. Allah menugaskan kepada malaikat untuk menepuk anak sapi tersebut agar mengikuti kuda. Dan akhirnya anak sapi yang baru lahir itu mengikuti trus kemana langkah kuda. Layaknya seperti ibu dan anak, padahal mereka berbeda jenis.
Pertengkaran antara pengembala itu tidak terhindarkan. Karena saling berpendapat anak sapi yang lahir itu adalah anak dari hewan mereka masing-masing. Singkat cerita masuk dalam persidangan, ternyata tidak cukup hanya sekali persidangan. Karena mereka bersikeras anak sapi itu milik mereka masing-masing.
Sampailah pada persidangan pertama. Sidang ini dimenangkan oleh pengembala kuda. Allah SWT telah mengutus malaikatnya untuk menguji hakim dalam persidangan tersebut dengan apa semua yang diminta dikabulkan. Karena hakim dalam sidang pertama ini kurang jujur akhirnya menerima tawaran seorang pengembala kuda (jelmaan malaikat).
Dalam persidangan kedua pengembala kuda pun memenangkan kembali hasil sidang tersebut. Karena lagi-lagi hakim yang memimpin persidangan telah menerima tawaran pengembala kuda. Siapa yang tidak tergiur dengan tawaran pengembala kuda yang akan mengabulkan semua apa yang di minta sang hakim kalau bisa memihak pengembala kuda agar menang dalam persidangan.
Sang pengembala kuda pun pergi kerumah hakim yang ketiga untuk melakukan perbuatannya seperti kedua hakim sebelumnya. Namun sepertinya dalam persidangan yang ketiga, pengembala kuda tidak bisa berbuat banyak dalam menghasut sang hakim karena sang hakim seorang yang jujur dan taat kepada Allah SWT.
Sekilas tentang pembicaraan sang pengembala kuda dan sang hakim:
- Sang pengembala kuda: Selamat malam, apakah benar ini sang hakim.
- Sang hakim: iya benar, maaf ini dengan siapa?
- Sang pengembala kuda: saya sang pengambala kuda
- Sang hakim: ada keperluan apa ya?
- Sang pengembala kuda: saya minta bantuan bapak untuk memenangkan persidangan yang ketiga ini.
- Sang hakim:oh
- Sang pengembala kuda: Apapun yang bapak inginkan akan saya kabulkan, tapi membenarkan bahwa anak sapi itu anak kuda saya.
- Sang hakim: maaf pak tidak bisa
- Sang pengembala kuda: kenapa tidak bisa pak?
- Sang hakim: saya sedang haid ( datang bulan yang dialami seorang wanita )
- Sang pengembala kuda: lhoo ko haid pak, bapak kan seorang pria masa haid
- Sang hakim: iya tidak mungkin bukan? begitu juga anak sapi tidak mungkin induknya seekor kuda.
Cerita diatas menunjukan banyak hakim yang tidak jujur, dan hanya sedikit hakim yang jujur saat ini. Wajah negeri ini hampir mirip pada cerita diatas, yang seharusnya membela yang benar namun sebaliknya. Ada istilah "Maju Tak Gentar Membela yang Bayar".
Pisau tukang daging adalah gambaran untuk hukum indonesia. Tajam sekali apabila memotong kebawah, dan sangat tumpul diatasnya. Dapat disimpulkan hukum negeri ini, hanya tajam kebawah dan sangat lemah apabila memberikan hukuman kepada orang kaya dan orang yang berpengaruh di negeri ini.
Miris sekali indonesia yang katanya negara hukum, namun berbanding terbalik dengan kenyataannya. Surga bagi para koruptor yang sangat leluasa melenggang kesana kemari dengan bebasnya. Saya sebagai generasi muda tidak dapat berbuat banyak, selain berusaha menjadi warga negara yang baik dan patuh terhadap hukum indonesia.
Solusi negeri ini adalah menerapkan hukum keris. Hukum tidak tajam dan sadis hanya kebawah, namun kedua sisinya sama-sama tajam dan adil. Yakinlah indonesia akan jauh lebih baik dari sekarang.
Demikianlah cerita pendek yang agak kurang nyambung, tapi saya berharap para pembaca dapat menyerap apa yang saya sampaikan dalam tulisan ini. Seharusnya cerita pendek ini ingin saya ikutsertakan dalam lomba menulis cerpen tentang " Kaum Muda Bicara Indonesia". Namun berhubung tidak satupun tema yang cocok, jadi saya putuskan untuk urungkan niat.
Terima kasih sudah bersedia membaca sampai akhirnya. Apabila mempunyai pendapat lain silahkan disampaikan di kolom komentar dibawah ini.
Salam Blogger
Ditulis oleh Antoni CLianto
0 komentar:
Post a Comment
DILARANG MEMBERIKAN LINK HIDUP DI BADAN KOMENTAR